web analytics

Glamping di Kema Merbabu, Menikmati Matahari Terbit dengan Hiasan Puncak Lawu

Sebelum masih bulan puasa, sebenarnya ada keinginan untuk camping lagi, tapi ternyata waktu ndak memungkinkan, anak pertama sekolah terus dan ternyata ada ujian juga, jadi ndak bisa bolos. 😀

Akhirnya ngobrol sama istri, kayaknya glamping saja deh. Karena lebih simpel ndak perlu persiapan macam-macam. Setelah pilah-pilih lokasi, akhirnya memutuskan untuk glamping di kaki Gunung Merbabu, karena memang belum pernah. Sekalian ke Selo yang konon lokasinya berada di antara Gunung Merapi dan Merbabu. Pilihan jatuh pada Kema Merbabu, sebuah lokasi glamping di kaki Merbabu sebelah timur.

Tanggal dipilih, yaitu 12 Maret 2023. Hari Minggu saja, karena Sabtu pasti jalan masih ramai. Seninnya anak saya bolos, karena sehabis ujian kan biasanya kan nyantai di sekolah.

Berangkat dari rumah sekitar pukul 7 pagi, Google Maps langsung saya arahkan ke Cimory Cheesepark Cepogo. Saya manut saja dengan rute yang disarankan, yaitu lewat Deles dan Jatinom, alhamdulillah jalan bagus dan relatif sepi. Hampir semua jalan sudah dicor.

Perjalanan cukup seru karena memang saya ndak suka lewat jalan utama, lebih suka jalan alternatif.

Pukul 10 pagi sampai di Cimory, langsung sarapan di kafenya, setelah itu baru masuk ke area rekreasinya. ya begitulah, semacam mini zoo. Kesalahan kami adalah masuk waktu siang bolong, jadi panasnya minta ampun.

Sebelum menuju ke Kema Merbabu, kami sempat mampir ke Taman Bunga Merapi Garden Selo, di situ ada kafe dengan pemandangan Merapi. Dari lokasi ini terlihat jelas New Selo yang cukup terkenal itu.

Pukul 1 siang lebih, setelah sholat dhuhur, kami menuju Kema Merbabu.

Awalnya masih jalan aspal yang cukup lebar, semakin lama semakin menyempit. Jalan aspal tapi meliuk-liuk dan harus waspada kalau ada mobil lain dari lawan arah.

Dua kilometer terakhir jalan berubah jadi cor-coran, sempit, cuma muat 1 mobil. Dan, elevasinya cukup sadis, gigi 1 terus sampai lokasi. 😀

Kema Merbabu

Sampai di lokasi sekitar pukul 2 siang. Langsung check in, udara waktu itu masih terasa gerah, meskipun anginnya lumayan dingin sih.

Kami dapat kamar di bagian agak bawah, jadi dari resepsionis harus jalan cukup jauh dan turun tangga setara 2 lantai lah.

Sampai kamar langsung rebahan dong, layout kamarnya sama seperti hotel, bedanya bagian atas pakai semacam terpal. Lumayan hangat lah kalau pas di bagian dekat terpal.

Sore hari kami habiskan di luar kamar, ada plaground kecil di atas dekat resepsionis, udah dingin mulai terasa, apalagi kalau ada angin.

Sunset ndak kelihatan, karena ini memang kaki Merbabu yang menghadap timur, tapi suasana senja di sini tetap istimewa.

Malamnya kami tidur kedinginan, baru terasa. 😀

Pagi harinya, begitu mata terbuka langsung nengok keluar, langit sudah mulai memerah, langsung bangunin istri dan anak-anak, sholat subuh, lanjut ke lokasi api unggun. Di glamping ini menyediakan spot buat bikin api unggun, kebetulan ndak jauh dari tenda kami.

Langit merah, oranye, emas, apapun sebutan warna paling tepat, yang jelas baguuus banget. Kelihatan puncak Lawu di kejauhan.

Di spot ini kami cukup lama, paling ndak sampai terasa hangat badannya. Setelah itu kembali ke kamar buat sarapan nasi goreng.

Udara masih dingin, tapi semakin siang panasnya lebih terasa. Akhirnya memutuskan pulang sekitar jam 11an.

Sekian dan terima kasih. 😀

Lokasi Kema Merbabu