web analytics

Road Trip First-Timer: Jogja-Bali

Bayangan yang muncul ketika saya membeli mobil adalah sebuah perjalanan di tepi laut dengan pemandangan yang menakjubkan. Tapi waktu itu saya ndak bisa memastikan daerah mana, tapi pokoknya perjalanan ke timur, entah Pacitan atau mana gitu yang saya tau waktu itu.

Akhir tahun lalu, tepatnya tanggal 22 Desember 2022 akhirnya saya melakukan apa yang saya inginkan sejak lama, yaitu road trip bersama anak istri saya.

Rute saya cek dengan Google Maps dan Street View, sekadar mengetahui jarak dan kondisi jalan, dan pastinya tempat berhenti yang asyik.

Start dari rumah sekitar pukul 6.20 pagi, sebenarnya rencana berangkat jam 5an, tapi karena bawa anak-anak kecil jadi persiapan tetap saja molor. Mampir perempatan Kentungan beli gudeg basah buat sarapan di jalan, lalu cuss menuju jalan Jogja-Solo.

Pemberhentian pertama di rest area tol Sragen, sarapan sebentar lalu lanjut lagi. Berhenti lagi di rest area buat pipis dan bobok siang. Maklum bukan supir pro jadi ngantukan. 😀

Setelah ratusan kilometer berada di jalan tol akhirnya keluar ke jalan umum di Probolinggo, langsung menuju Hotel Utama Raya. Hotelnya jadi satu dengan rest area dan SPBU.

Kesan pertama sungguh wow, karena dengan harga 300 ribu dapat kamar yang oke dan mobil bisa parkir di depan kamar. Hotel ini jadi satu dengan area pantai Utama Raya, jadi dari kamar hotel tinggal jalan kaki sekitar 500 meter sudah sampai di bibir pantai utara Jawa.

Pemandangannya tentu beda banget dengan laut selatan, biasanya saya lihat laut lepas, kali ini pemandangannya adalah kapal-kapal pengangkut batu bara untuk PLTU Paiton. Menyenangkan, pagi yang penuh syukur.

Pantai Utama Raya

Setelah sesi foto-foto, lanjut sarapan dan cuss ke arah timur menyusuri Jalan Pantura dan menikmati panjangnya Kabupaten Situbondo. 😀

Apes, sudah jalan sekitar 50 kilometer, ternyata saya lupa checkout hotel, kunci terbawa dan KTP saya tertinggal di hotel. Huft, mengingat mau menyebrang ke Bali, tentu hati ndak nyaman kalau ndak bawa KTP. Akhirnya saya putuskan untuk kembali ke hotel, lumayan nambah 100 kilometer. wkwk.

Memasuki area Baluran dalam kondisi hujan lebat, saya kira jalan di area ini ndak terlalu panjang, ternyata salah. Jalan di area Baluran cukup panjang tapi saya sangat menikmati, unik, belum pernah saya melewati jalan dengan suasana seperti ini.

Sampai di Banyuwangi saya menginap di rumah saudara yang besoknya akan barengan berangkat ke Bali.

Tanggal 24 Desember saya berangkat menuju Pelabuhan Ketapang, sudah pesan tiket kapal untuk jam 8-9 pagi. Jalan sudah ramai, padat merayap mendekati pelabuhan, beruntung masih bisa check in jam 8 lebih. Tapi saya harus antre masuk kapal selama 3 jam, pukul 11 baru berhasil dapat kapal dan berangkat menuju Gilimanuk.

Pelabuhan Ketapang

Dari Gilimanuk menuju Kutus Kutus Saba Beach Villa di daerah Gianyar, perjalanan cukup lancar sampai masuk daerah Denpasar. Pemandangan tepi pantai ini menyerupai apa yang saya bayangkan dulu, rasanya senang sekali akhirnya bisa terwujud.

Memasuki Denpasar padat merayap dan disambut hujan deras. Perkiraan sampai sebelum galap melenceng, saya tiba di villa pukul 7 malam lebih.

Saya dan keluarga menghabiskan waktu 3 malam di Kutus Kutus Saba Beach Villa, secara keseluruhan villa ini sangat menyenangkan, berada di area yang sepi dan suasananya oke.

Kutus Kutus Saba Beach Villa

Di daerah Gianyar ini saya mengunjungi Bali Safari Park dan Bali Bird Park, kalau makan tetap ke Ubud, soalnya daerah sekitar villa ndak ada makanan menarik.

Tanggal 27 Desember saya chekout lalu menuju Sunrise Hill Camp yang berada di Kintamani. Rute cukup menantang setelah memasuki area puncak, ketinggian sekitar 1300 mdpl menurut Garmin saya. Turun menuju Danau Batur, meliuk-liuk, dan masuk ke jalan sawah yang cukup kecil. Naik menuju lokasi glamping.

Sampai di Sunrise Hill Camp disambut pemandangan yang super istimewa, belum pernah saya temui yang seperti ini. Langsung ambil kamera dan jepret sana-sini.

Sunrise Hill Camp

Buat saya lokasi ini sangat berkesan, meskipun saya sudah beberapa kali camping di ketinggian, tapi kali ini ada kolam renang yang isinya air hangat. wkwk. Ndesit ya, tapi ndak papa, udara dingin dan air hangat adalah perpaduan sempurna. Ya kaan. 😀

Sunrise Hill Camp

Di Kintamani cuma semalam saja, lalu lanjut ke hotel daerah Nusa Dua karena ada keluarga yang naik pesawat, jadi biar mudah akses ke bandaranya.

Dua malam di hotel Grand Whiz Nusa Dua, sempat menikmati pantai di sisi timur. Pengennya menikmati sunrise, tapi apa daya malah mendung. Alhamdulillah masih bisa menghabiskan waktu sebentar di pantai, karena sekitar pukul 9 harus berangkat menuju Gilimanuk. Tiket kapal jam 2-3 sore, saya masuk pelabuhan tepat pukul 2, tanpa antre langsung masuk kapal.

Sri Lanka Surf Spot
Pantai Melasti

Sehabis menyebrang selat Bali, saya menginap lagi di rumah saudara 2 malam. Melihat-lihat lagi rute pulang ke Jogja, jauh sekali kalau sekali jalan. Kalau supir AKAP mungkin sekali libas, berhubung saya cuma supir antar bangjo ya mending mampir dulu singgah di satu hotel lagi.

Pilihan jatuh pada hotel Bromo Permai. Sebuah hotel yang direkomendasikan teman, lokasinya memang istimewa, di tepi kawah.

Perjalanan menuju Bromo via Probolinggo sangat berkesan karena saya memilih rute lewat Paltuding, area Kawah Ijen. Cukup tinggi, menurut Garmin sekitar 1700an mdpl, jalannya kecil dan rawan longsor. Niat hati mau berhenti ngopi-ngopi di Paltuding, tapi ternyata ramai dan kabutnya pekat, akhirnya mengurungkan niat. Berhenti ngopi di daerah Bondowoso, sudah turun di ketinggian 1200an mdpl.

Sampai di Bromo Permai hampir gelap, beruntung kabut ndak terlalu pekat, nyetirnya ndak terlalu tegang. 😀 Sampai halaman hotel ketinggian menunjukkan 2111 mdpl.

Bermalam di Bromo dilanjut naik jip menyusuri kawah, lumayan dapat foto-foto oke.

Naik Jip di Bromo

Tanggal 2 Januari pukul 10 pagi saya meninggalkan hotel menuju Jogja.

Alhamdulillah perjalanan lancar tanpa ada kendala sama sekali.

Seperti yang selalu dikatakan oleh cendikiawan muda KH. Drs. Desem Ashari, S. Pd., M. Ag.: “Selalu menjadi pribadi yang baru setelah pulang dari perjalanan panjang”.

Saya pun merasakan hal demikian, kita hidup untuk merangkai kenangan. Kenangan yang akan hidup terus di pikiran meskipun file-nya tersimpan di servernya Google.

Demikian dan terima kasih.

Semoga Allah kasih kesempatan lagi untuk menjelahi jalanan Indonesia.